sosiologi
Biografi Singkat
Peter M. Blau
lahir di Wina, Austria, 7 Februari 1918. ia bermigrasi ke AS tahun 1939 dan
menjadi warga AS tahun 1943. tahun 1942 ia menerima gelar BA dari Elmhrst
College di Elmhurst,Illionis. Pendidikannya terganggu karena perang dunia ke II
dan ia bergabung dengan AD dan menerima penghargaan the Browzer Star. Setelah
perang ia kembali ke sekolah dan menyeledaikan pendidikannya, menerima Ph.D.
dari universitas Columbia tahun 1952. Blau mendapatkan penghargaan luas pertama
dalam sosiologi karena sumbangannya dalam studi tentang organisasi formal.
Hasil studi empirisnya tentang organisasi dan buku ajar yang di tulisnya
tentang organisasi formal masih tetap di kutip secara luas dan ia terus
memberikan sumbangan yang berarti terhadap kajian tentang organisasi formal
ini. Ia pun menulis bersama Otis Dudley Ducan, the American Occupational
Structure yang memenangkan hadiah bergengsi Sorokin Award. Dari the American
Sociological Assosiations tahun 1968. buku itu merupakan konstribusi yang sangat
penting studi sosiologi tentang stratifikasi sosial. Meskipun ia terkenal
berbagai karya, yang menjadi sasaran perhatian kita di sini adalah kontribusi
Blau terhadap sosiologi. Yang menarik adalah ia telah memberikan kontribusi
penting terhadap dua orientasi teoritis yang berbeda.
Bukunya
Exchange and Power ini sicial live (1964) merupakan komponen utama teori
pertukaran masa kini. Kontribusi utama Blau tentang teori pertukaran pada
kelompok primer pada berskala kecil di cobadi terapkan pada kelompok besar,
meski mengandung beberapa kelemahan, karya itu merupakan upaya penting untuk
mengintegrasikan secara teoritis masalah sosiologi berskala luas dan berskala
kecil. Blau pun berada di barisan terdepan pakar struktural. Selama masa
jabatannya selaku presiden The American Sociological Association (1973-1974).
Ia menjadi teori struktural ini sebagai tema pertemuan tahunan asosiasi
sosiologi itu. Sejak itu ia telah menerbitkan buku dan artikel yang di
rencanakan untuk menjelaskan dan mengembangkan teori struktural. Karya dibidang
ini adalah the Struktural Contexts of Opportunities(1994) dan crosscutting
Social Circles edisi ke dua (Blau dan Schwartz, 1997). Peter Blau meninggal
pada 12 Maret 2002.
Gagasan Peter M. Blau
Penjelasan
Blau mengenai tindakan sosial, birokrasi, dan kekuasaan merupakan pengembangan
– pengembangan konsep utama Max Weber[1].
Kemudian, ide dari pertukaran, Blau banyak terinspirasi gagasan Sosial
Exchange yang dirumuskan George Homans. Tetapi, ada dua hal dari Homans
yang dikritisi Blau.
- Pertukaran selalu diasumsikan simetris. Bagi Blau, tidak semua pertukaran bersifat timbal balik.
- Pendekatan Homans yang terlalu mikro , karena mendekati kajian psikologi. Bagi Blau, sosiologi harus kembali pada jati diri kajian makro bukan fenomena mikro.
Hanya saja
Blau setuju dengan prespektif Homans tentang pentingnya sosiologi untuk
mengembangkan teori deduktif yang lebih sistematis dan menghasilkan ramalan –
ramalan yang dapat diuji.
Blau mengakui
bahwa kesalahannya awal dimana ia mulai bekerja dengan dilatarbelakangi
psikologi sosial. Tetapi ia tidak pernah meninggalkan pandangan tentang
sosiologi yang assli, yakni studi struktur sosial yang luas. Struktur sosial
memiliki ciri – ciri:
- Menunjuk pada bentuk posisi sosial yang terdiferensiasi dan struktur hubungan sosial yang berhubungan dengan posisi mereka.
- Menunjukkan pada bagian – bagian yang saling bergantung.
- Ketergantungan itu menjadi sangat penting karena terdiri atas proses interaksi sosial, yang membedakan antar anggota dalam kelompok yang sama.
- Ketergantungan sosial berhubungan erat dengan mobilitas sosial yang bersifat indikatif.
Contoh: pada suatu tradisi
dimana seorang bangsawan harus menikah dengan keturunan bangsawan juga. Dengan
alasan mempertahankan kehormatan mereka. Struktur adat membatasi kesempatan
untuk lebih bebas memilih pasangan.
- Bentuk – Bentuk Pertukaran Sosial:
- Pertukaran sosial langsung.
Masyarakat
terdiri atas suatu jaringan perserikatan – perserikatan yang rumit, yang
didasarkan pada transaksi – transaksi pertukaran sosial yang seimbang
(simetris) maupun tidak seimbang (asimetris). Sebagai contoh:
-
Pertukaran sosial antara dosen dengan mahasiswa (asimetris)
-
Pertukaran sosial antara yang ingin menjadi kepala daerah dengan pihak yang
ingin menguasai proyek (simetris)
- Pertukaran tidak langsung
Pertukaran
ini bersifat tidak langsung, sangat mungkin terjadi pada institusi yang
bersifat luas, seperti negara, organisasi, maupun karyawan. Pertukaran ini
bahkan tiddak terlihat dan berdampak langsung, sebab sangat tergantung pada
interrnaalisasi norma. Misal:
- Ketika kita
membayar pajak listrik ke cabang – cabang online mal maka secara tidak langsung
kita mengadakan pertukaran dengan pemerintah.
- Hasil Pertukaran Sosial
Hasil
pertukaran sosial adalah spesialisasi peran yang dikembangkan (Diferensiasi
Sosial), yang memerlukan sumbangan – sumbangan yang sangat bervariasi. Setiap
orang mengiginkan adanya penghargaan dan kekuasaan. Demi memperolehnya, mereka
membuktikan dirinya menarik dan mempunyai kemampuan yang tidak disadari yang
dipertukarkan dengan kekayaan yang sangat penting. Disamping itu, adanya
persaingan untuk memperoleh sumber – sumber yang langka menyebabkan munculnya
diferensiasi sosial.
Sisi lain
pertukaran sosial adalah meningkatkan integrasi sosial, membangun kepercayaan,
mendorong keberanian, memaksa konformitas dengan norma – norma kelompok, dan
mengembangkan nilai – nilai kolektif. Misal: dua orang sahabat memutuskan untuk
bekerjasama dengan dibimbing oleh logika kepercayaan, pertukaran sosial,
kemungkinan besar hal – hal yang dianggap sulit akan dilewati bersama dengan
mudah.
- Power (Kekuasaan)
Kekuasaan
yang dijelaskan Blau tidak lepas dari pertukaran sosial[2]. Dalam
hubungan dua orang atau lebih selalu terdapat hubungan dimana pihak satu
mendominasi pihak lain. Blau menjelaskan mengenai Cognitive Dissonance
yang disebabkan struktur kepimpinan yang tidak baik akan melahirkan gerakan –
gerakan oposisi.
Jika terdapat
pertukaran sosial antara dua kelompok atau lebih dengan persepsi ataupun
kelebihan yang berbeda kemungkinan hubungan masih bisa dilanggengkan. Namun,
jika terdapat pertukaran sosial yang tidak seimbang, maka dominasi pun berperan
lebih penting. Misal: hubungan kelompok diskusi mahasiswa jauh lebih langgeng
dan masih akan berlanjut sampai kapan pun karena mereka memiliki keahlian
masing – masing dan saling melengkapi, berbeda dengan hubungan antara mahasiswa
dengan dosen yang cenderung lebih didominasi dosen. Apapun keputusan dosen
bersifat mutlak dan harus.
- Birokrasi
Birokrasi
adalah organisasi – organisasi yang didirikan secara resmi yang dibentuk untuk
memaksimalkan efesiensi administrasi. Sementara itu, birokrasi memiliki unsur –
unsur : pembagian kerja, hierarki, wewenang, staf administrasi, kompensasi yang
berkaitan dengan posisi seseorang, kelangsungan kerja, dan penerimaan tenaga
kerja.
Secara
sosiologis, pada praktiknya unsur – unsur birokrasi tidak dapat diterapkan
secara kaku. Untuk itu terdapat beberapa hal yang perlu dipahami.
- Birokrasi merupakan konteks dimana berbagai tingkah laku meenusia berlangsung, yang meeliputi pribadi dan interaksi mereka dalam birokrasi.
- Ketika menghadapi persoalan pasti membutuhkan modifikasi – modifikasi struktur. Misal: tindakan pemimpin dalam menghadapi manajer jelas tidak sama ketika ia menghadapi pekerja – pekerja rendahan atau buruh.
- Birokrasi sangat dipengaruhi oleh pola – pola sosial yang berkembang dalam masyarakat.
- Terdapat beberapa dimensi analisis dalam meempelajari birokrasi.
ü Dimensi peranan (role
dimension) adalah menganaliasis ciri –ciri dan tingkah laku individu dalam
peran mereka sebagai anggota organisasi.
ü Dimensi kelompok
(struktural) adalah menganalissis pengaruh aktivitas seseorang atau beberapa
orang terhadap tingkah laku orang lain.
ü Dimensi organisasi:
memberi perhatian pada organisasi secara utuh, bukan pada individu atau
kelompok kerja.
- Kekuatan – kekuatan dialektis
Walaupun Blau
sangat dipengaruhi oleh teori fungsionalisme dan teori pertukaran, akan tetapi
blau menyadari akan bekerjanya proses – proses dinamis yang membentuk struktur.
Kekuatan – kekuatan dialektis tersebut hubungannya dengan: (1) dilema (2)
diferensiasi (3) dinamika dan (4) proses dialektis.
Dilema
merupakan kekuatan dialektis dari perubahan sosial yang membutuhkan pilihan
diantara berbagai alternatif yang sama –sama ddiinginkan[3]. Diferensiasi
dimana pertukaran menyatakan adanya persaingan untuk memperoleh sumber – sumber
langka. Dinamika kehidupan sosial yang teroranisir bersumber dari kekuatan –
kekuatan penantang. Dialektika adalah kekuatan kontadiktoris yang
terdapat dalam kehidupan sosial.
î Bernard, Raho. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
î Margaret, M. Poloma. 2010. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
î Narwoko, Dwi, Dan Bagong Suyanto. 2006. Sosiologi: Teks Pengantar Dan Terapan. Jakarta: Kencana Prenada.
î Rachmad, Susilo. 2008. 20 Tokoh Teori Sosiologi Modern. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
î Ritzer,George And Douglas J,Goodman. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana.
î Johnson. P.Doyle. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia.
î Irving M. Zeiltin. 1995. Memahami Kembali Sosiologi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Teori
pertukaran melihat dunia ini sebagai arena pertukaran, tempat orang-orang
saling bertukar ganjaran atau hadiah. Adapun tokoh-tokoh teori pertukaran
diantaranya: George Caspar Homans, Peter M. Blau, Richard Emerson, John
Thibout, dan Harold H. Kelly.
Asumsi dasar teori pertukaran yaitu:
Asumsi dasar teori pertukaran yaitu:
a.
Manusia adalah makhluk yang rasional, dia memperhitungkan untung dan rugi.
Teori pertukaran melihat bahwa manusia terus-menerus terlibat dalam memilih di antara perilaku alternatif, dengan pilihan mencerminkan cost and reward (biaya dan ganjaran) yang diharapkan berhubungan dengan garis-garis perilaku alternatif ini. tindakan sosial dipandang ekuivalen dengan tindakan ekonomis. Suatu tindakan adalah rasional berdasarkan perhitungan untung rugi.
Teori pertukaran melihat bahwa manusia terus-menerus terlibat dalam memilih di antara perilaku alternatif, dengan pilihan mencerminkan cost and reward (biaya dan ganjaran) yang diharapkan berhubungan dengan garis-garis perilaku alternatif ini. tindakan sosial dipandang ekuivalen dengan tindakan ekonomis. Suatu tindakan adalah rasional berdasarkan perhitungan untung rugi.
Dalam
interaksi sosial, aktor mempertimbangkan keuntungan yang lebih besar daripada
biaya yang dikeluarkannya (cost benefit ratio). Oleh sebab itu, semakin tinggi
ganjaran (reward) yang diperoleh semakin besar kemungkinan suatu perilaku akan
diulang. Sebaliknya, makin tinggi biaya atau ancaman hukuman (punishment) yang
akan diperoleh, maka makin kecil kemungkinan perilaku yang sama akan diulang.
1. perilaku tersebut harus
berorientasi pada tujuan yang hanya dapat dicapai melalui interaksi dengan
orang lain dan
2. perilaku harus bertujuan untuk
memperoleh sarana bagi pencapaian tujuan-tujuan tersebut.
Perilaku
sosial terjadi melalui interaksi sosial yang mana para pelaku berorientasi pada
tujuan. Misalnya untuk memperoleh kasih saying, orang harus berorientasi pada
perolehan kasih saying ini. perolehan kasih sayang ini hanya mungkin dilakukan
melalui interaksi dengan orang lain. Perilaku untuk mendapatkan kasih sayang
ini memerlukan sarana bagi pencapaiannya.
c. Transaksi-transaksi pertukaran terjadi hanya apabila pihak yang terlibat memperoleh keuntungan dari pertukaran itu.
c. Transaksi-transaksi pertukaran terjadi hanya apabila pihak yang terlibat memperoleh keuntungan dari pertukaran itu.
Sebuah
tindakan pertukaran tidak akan terjadi apabila dari pihak yang terlibat ada
yang tidak mendapatkan keuntungan dari suatu transaksi pertukaran. Keuntungan
dari suatu pertukaran, tidak selalu berupa ganjaran ekstrinsik seperti uang,
barang-barang atau jasa, tetapi juga bisa ganjaran intrinsik seperti kasih
sayang, kehormatan, dll.
Teori-Teori
Pertukaran Menurut Beberapa Ahli
A.
Menurut George C. Homans
Unsur
utama dari pertukaran sosial adalah cost (biaya), reward (imbalan), profit
(keuntungan). Cost adalah perilaku seseorang yang dianggap sebagai biaya Entah
mengharapkan imbalan atau tidak. Sedangkan reward adalah imbalan terhadap cost.
Dari reward yang didapat seseorang bisa saja mendapatkan kenutungan yang lebih
besar dari cost yang dikeluarkan. Keuntungan tersebut disebut profit. Namun
tidak semua reward yang didapat manghasilkan keuntungan bagi seseorang yang
mengeluarkan reward. Sebab dalam pertukaran sosial seseorang tidak terlalu
mengutamakan profit yang banyak. Seseorang hanya menginginkan reward atas cost
yang dia keluarkan. Contoh : seorang anak menolong Ibu yang mengalami kesulitan
dalam membawa barang belanjaan. Kemudian sebagai ucapan terima kasih Ibu
tersebut memberi uang seribu rupiah kepada anak yang menolongnya. Perbuatan
menolong anak tersebut adalah cost dan Ibu tersebut menerima reward. Sebagai
umpan balik maka si anak mendapatkan reward uang seribu rupiah walaupun mungkin
anak ersebut menolong dengan ketulusan. Hubungan timbal balik diatas akan
merujuk pada kuantitas dan nilai. Kuantitas adalah intensitas atau frekuensi
yang dimana suatu perilaku dinyatakan dalam suatu jangka waktu tertentu atau
sejumlah perilaku yang terjadi. Sedangkan nilai adalah tingkat dimana sesuatu
suatu perilaku tertentu didukung atau dihukum. Nilai dan kuantitas adalah
sebuah persamaan yang tidak saling berhubungan antar satu sama lain.
George Homans menerangkan bahwa hubungan pertukaran sosial yang dilakukan manusia dapat dijelaskan melalui 6 proposional dasar. Proposisi yang dimaksud adalah :
• Proposisi sukses
George Homans menerangkan bahwa hubungan pertukaran sosial yang dilakukan manusia dapat dijelaskan melalui 6 proposional dasar. Proposisi yang dimaksud adalah :
• Proposisi sukses
“Dalam setiap tindakan, semakin sering suatu
tindakan tertentu mendapakan ganjaran maka, kian kerap ia akan melakukan
tindakan itu”. Artinya bahwa apabila seseorang berhasil memperoleh ganjaran
(tidak mendapat hukuman) maka orang tersebut cenderung mengulangi tindakan
tersebut. Contoh : anak yang mengerjakan tugas pasti akan mendapat nilai
sebagai imbalannya. Perilaku yang selaras dengan proposisi sukses meliputi tiga
tahap yaitu : pertama, tindakan seseorang. Contoh : seorang anak SD mengerjakan
soal ulangan . Kedua, hasil yang diberikan. Contoh : sebagai imbalannya, anak
tersebut mendapatkan nilai 75. Ketiga, pengulangan dari tindakan sebelumnya.
Contoh : seorang anak akan selalu mengerjakan tugas agar mendapat nilai. Hal-hal
lain yang berkaitan dengan proposisi sukses adalah pertama, perulangan tingkah
laku karena mendapatkan ganjaran ini tidak bisa berlangsung tanpa batas. Jadi,
tidak ada tindakan yang dilakukan tanpa batas. Kedua, semakin pendek jarak
antara cost dan reward maka, semakin sering frekuensi seseorang melakukan tindakan
tersebut. Ketiga, reward yang mengandung profit lebih tinggi akan memancing
seseorang untuk melakukan tindakan yang sama daripada perulangan padakegiatan
yang memiliki profit tetap dan teratur. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
proposisi sukses hanya merupakan sebagian kebenaran yang tidak dapat betahan
dalam suatu pengujian empiris.
• Proposisi stimulus
• Proposisi stimulus
“Jika
di masa lalu terjadinya stimulus yang khusus, atau seperangkat stimuli,
merupakan peristiwa dimana tindakan seseorang memperoleh gajaran, maka semakin
mirip stimuli yang ada sekarang ini dengan yang lalu itu, akan semakin mungkin
seseorang melakukan tindakan sama atau yang agak sama.”
Yang dimaksud Homans adalah objek atau tindakan tersebut dilakukan dengan memperoleh ganjaran tertentu sperti yang ia inginkan. Homans membuat generalisasi mengenai yaitu tingkat keberhasilan/ kecenderungan untuk melakukan tindakan serupa secara berulang-ulang. Contoh : seseorang yang bermain judi dan menang akan berjudi lagi dengan harapan menang lagi. Namun tidak semua orang akan melakukan generalisasi terhadap tindakan tertentu.
• Proposisi nilai
Yang dimaksud Homans adalah objek atau tindakan tersebut dilakukan dengan memperoleh ganjaran tertentu sperti yang ia inginkan. Homans membuat generalisasi mengenai yaitu tingkat keberhasilan/ kecenderungan untuk melakukan tindakan serupa secara berulang-ulang. Contoh : seseorang yang bermain judi dan menang akan berjudi lagi dengan harapan menang lagi. Namun tidak semua orang akan melakukan generalisasi terhadap tindakan tertentu.
• Proposisi nilai
“semakin
bernilai hasil tindakan bagi seseorang, semakin cenderung ia melakukan tindakan
serupa.”
Proposisi ini menekankan bahwa dalam tindakan ada ganjaran (reward yang bersifat positif) dan hukuman (bersifat negatif) atas tindakan yang dilakukan oleh individu. Reward diperoleh seseorang apabila dia melakukan tindakan yang bersifat positif. Sedangkan hukuman akan diperoleh apabila seseorang melakukan tindakan yang bersifat negatif. Dengan demikian diharapkan seseorang akan melakukan tindakan yang positif dengan menjauhi hal-hal yang bersifat negatif. Namun, Homans menekankan bahwa sebaiknya hukuman terhadap suatu tindakan tidak dilakukan. Lebih baik mendorong orang lain agar melakukan tindakan yang bersifat positif.
Proposisi ini menekankan bahwa dalam tindakan ada ganjaran (reward yang bersifat positif) dan hukuman (bersifat negatif) atas tindakan yang dilakukan oleh individu. Reward diperoleh seseorang apabila dia melakukan tindakan yang bersifat positif. Sedangkan hukuman akan diperoleh apabila seseorang melakukan tindakan yang bersifat negatif. Dengan demikian diharapkan seseorang akan melakukan tindakan yang positif dengan menjauhi hal-hal yang bersifat negatif. Namun, Homans menekankan bahwa sebaiknya hukuman terhadap suatu tindakan tidak dilakukan. Lebih baik mendorong orang lain agar melakukan tindakan yang bersifat positif.
• Proposisi kelebihan-kekurangan
“
Semakin sering seseorang mendapat ganjaran, maka semakin berkurangnya nilai
imbalan yang dia terima” Pada proposisi ini yang menjadi faktor utama penentu
kejenuhan adalah waktu. Contoh : apabila seorang siswa selalu mendapatkan
ranking satu. Maka siswa tersebuta akan mengalami kejenuhan terhadap kondisi
tersebut. Walaupun mendapat ranking satu adalah sebuah kebanggaan
• Proposisi deprivasi dan satiasi
Proposisi
A :“Apabila tindakan seseorang tidak memperoleh ganjaran seperti yang
diharapkan atau mendapat hukuman yang tidak diharapkan, maka semakin besar
kemungkinan bahwa dia menjadi marah dan melakukan tindakan agresif dan tindakan
agresif itu menjadi bernilai baginya.” Contoh : Apabila seorang bayi merasa
lapar dan si Ibu tidak segera memberikan makanan. Maka, bayi tersebut kan
marah. Pada proposisi ini emosi adalah bukti tingkah laku manusia. Dimana dia
akan marah apabila dia tidak memproleh apa yang diinginkannya.
Proposisi
B : “ketika seseorang mendapat imbalan dari apa yang dia harapkan, khususnya
gnjaran yang lebih besar dari apa yang dia harapkan atau tidak mendapat
hukukman yang diperhitungkannya maka, ia akan melakukan hal-hal positif yang ia
harapkan”
Contoh : apabila sang Ibu merespon dari tangisan bayi tersebut dengan cara memberikan susu atau makanan maka, sang Bayi akan berhenti menangis. Sebab di telah mendapatkan apa yang dia inginkan.
Contoh : apabila sang Ibu merespon dari tangisan bayi tersebut dengan cara memberikan susu atau makanan maka, sang Bayi akan berhenti menangis. Sebab di telah mendapatkan apa yang dia inginkan.
• Proposisi rasional
“Kalau
memilih tindakan alternatif, seseorang akan memilih tindakan, sebagai mana
dipersepsikan kala itu, yang jika nilai hasilnya (V) dikalikan probabilitas
keberhasilan (p) adalah lebih besar.” Pada proposisi rasionalitas, Homans
menhubungkan prinsip rasionalitas dengan proposis-proposisi yang lebih
behavioristik. Dalam proposisi rasionalitas, benar tidaknya seseorang melakukan
sebuah tindakan tergantung pada persepsi mereka terhadap behavioralitas sukses
B.
Menurut Peter Blau
Peter
M. Blau menunjukkan bahwa dalam proses pertukaran dasar menghadirkan fenomena
yang berupa struktur sosial yang lebih kompleks. Dalam teori pertukaran sosial
menekankan adanya suatu konsekuensi dalam pertukaran baik yang berupa ganjaran
materiil, misal yang berupa barang maupun spiritual yang berupa pujian. Selanjutnya
untuk terjadinya pertukaran sosial harus ada persyaratan yang harus dipenuhi.
Syarat itu adalah
1.
suatu
perilaku atau tindakan harus berorientasi pada tujuan-tujuan yang hanya dapat
tercapai lewat interaksi dengan orang lain.
2.
suatu perilaku atau tindakan harus bertujuan
untuk memperoleh sarana bagi pencapaian tujuan-tujuan yang dimaksud.
Adapun
tujuan yang dimaksud dapat berupa ganjaran atau penghargaan intrinsik yakni
berupa pujian, kasih sayang, kehormatan dan lain-lainnya atau penghargaan
ekstrinsik yaitu berupa benda-benda tertentu, uang dan jasa. Harapan-harapan
yang akan diperoleh dalam pertukaran sosial menurut Peter M. Blau, yaitu
a) ganjaran atau penghargaan;
b) lahirnya diferensiasi kekuasaan;
c) kekuasaan dalam kelompok; dan
d) keabsahan kekuasaan dalam kelompok.
Untuk
jelasnya dapat dikemukakan bahwa interaksi sosial dapat digolongkan dalam dua
kategori, yaitu didasarkan pada ganjaran atau penghargaan yang bersifat
intrinsik dan ekstrinsik.
Peter
M. Blau berpendapat bahwa
Ø individu-individu dalam
kelompok-kelompok yang sederhana (mikro) satu sama lain dalam pertukaran sosial
mempunyai keinginan untuk memperoleh ganjaran ataupun penghargaan; dan
Ø tidak semua transaksi sosial bersifat simetris
yang didasarkan pada pertukaran sosial yang seimbang.
Pertukaran sosial yang tidak seimbang akan menyebabkan adanya perbedaan dan diferensiasi kekuasaan karena dalam pertukaran tersebut ada pihak yang merasa lebih berkuasa dan mempunyai kemampuan menekan dan di lain pihak ada yang dikuasai serta merasa ditekan.
Pertukaran sosial yang tidak seimbang akan menyebabkan adanya perbedaan dan diferensiasi kekuasaan karena dalam pertukaran tersebut ada pihak yang merasa lebih berkuasa dan mempunyai kemampuan menekan dan di lain pihak ada yang dikuasai serta merasa ditekan.
Kekuasaan
menurut Peter M. Blau adalah kemampuan orang atau kelompok untuk memaksakan
kehendaknya pada pihak lain. Adapun strategi atau cara yang dapat digunakan
untuk mendapatkan kekuasaan terhadap orang lain yaitu memberikan sebanyak
mungkin kepada pihak lain yang membutuhkan, sebagai suatu upaya menunjukkan
statusnya yang lebih tinggi dan berkuasa, agar mereka yang dikuasai merasa
berutang budi dan mempunyai ketergantungan.
Dalam pertukaran sosial menunjukkan adanya gejala munculnya kekuasaan yang terjadi pula dalam suatu kelompok. Dalam kelompok akan terjadi persaingan antarindividu, dan tiap individu akan berusaha memperoleh kesan lebih menarik jika dibanding dengan yang lain. Agar orang itu terkesan lebih menarik dari orang lain syaratnya dapat menarik perhatian orang lain. Dalam persaingan itu nantinya akan nampak adanya pihak atau orang yang dapat menarik perhatian orang-orang yang dalam kelompok yang bersangkutan. Kelebihan orang yang bersangkutan dapat menarik perhatian orang lain kemungkinan karena kepandaiannya, kejujurannya, kesopanannya ataupun kebijaksanaannya. Dari tiap-tiap kelompok akan ada yang menonjol dan yang menonjol itu akhirnya akan muncul satu orang yang paling menarik perhatian orang dalam kelompok-kelompok tersebut maka muncullah kekuasaan, dalam arti ada pemimpin dan ada yang dipimpin. Dalam hal ini, pemimpin (pemegang kekuasaan) akan memperoleh penghargaan sebagai akibat tanggung jawab yang dapat dipenuhinya. Sementara orang yang dipimpin akan mendapat penghargaan karena ketaatannya, baik karena tugas yang diselesaikan maupun kesediaannya mematuhi peraturan-peraturan yang ada.
Perintah yang dipatuhi adalah perintah yang diberikan oleh pemimpin yang sah. Agar perintah dipatuhi maka pemimpin (pemegang kekuasaan) harus mempunyai wewenang. Wewenang yang dimiliki oleh pemegang kekuasaan digunakan untuk merekrut anggota dalam kelompok.
Dalam pertukaran sosial menunjukkan adanya gejala munculnya kekuasaan yang terjadi pula dalam suatu kelompok. Dalam kelompok akan terjadi persaingan antarindividu, dan tiap individu akan berusaha memperoleh kesan lebih menarik jika dibanding dengan yang lain. Agar orang itu terkesan lebih menarik dari orang lain syaratnya dapat menarik perhatian orang lain. Dalam persaingan itu nantinya akan nampak adanya pihak atau orang yang dapat menarik perhatian orang-orang yang dalam kelompok yang bersangkutan. Kelebihan orang yang bersangkutan dapat menarik perhatian orang lain kemungkinan karena kepandaiannya, kejujurannya, kesopanannya ataupun kebijaksanaannya. Dari tiap-tiap kelompok akan ada yang menonjol dan yang menonjol itu akhirnya akan muncul satu orang yang paling menarik perhatian orang dalam kelompok-kelompok tersebut maka muncullah kekuasaan, dalam arti ada pemimpin dan ada yang dipimpin. Dalam hal ini, pemimpin (pemegang kekuasaan) akan memperoleh penghargaan sebagai akibat tanggung jawab yang dapat dipenuhinya. Sementara orang yang dipimpin akan mendapat penghargaan karena ketaatannya, baik karena tugas yang diselesaikan maupun kesediaannya mematuhi peraturan-peraturan yang ada.
Perintah yang dipatuhi adalah perintah yang diberikan oleh pemimpin yang sah. Agar perintah dipatuhi maka pemimpin (pemegang kekuasaan) harus mempunyai wewenang. Wewenang yang dimiliki oleh pemegang kekuasaan digunakan untuk merekrut anggota dalam kelompok.
C.
Teori Pertukaran James Coleman
Coleman
menyinggung tulisan Edgeworth (1881), bahwa dalam pertukaran ada yang dinamakan
penyesuaian ganda (double coincidence of wants). Dalam arti, bukan hanya A yang
mempunyai sesuatu yang dibutuhkan B, tetapi B juga mempunyai sesuatu yang
diinginkan A, dan kedua-duanya membutuhkan barang yang dimiliki pihak lain itu
lebih dari keinginan mereka untuk barang yang mereka miliki, yang bersedia mereka
serahkan melalui pertukaran. Bagi Coleman, syarat penyesuaian ini cukup berat.
Uang adalah salah satu sarana yang dapat mengatasi keharusan akan persesuaian
kebutuhan ganda ini.
1.
Uang
Coleman
menjelaskan 3 cara pendefinisian uang, yaitu: uang sebagai simpanan berharga,
uang sebagai alat pertukaran dan uang sebagai satuan perhitungan. Uang ini pun
dibedakan dalam 3 bentuk, yakni:
a. Uang barang (commodity money)
yang mengandung nilainya.
b. Uang fidusier (fiduciary money) yang merupakan janji bayar (promise to pay).
c. Uang fiat (fiat money) yang posisinya di bawah janji itu.
Dengan uang fiat, janji bayar menjadi janji untuk mempertahankan keseimbangan antara pertumbuhan barang dan jasa dengan pertumbuhan persediaan uang. Bagi masyarakat tanpa uang tunai, identitas penerima kepercayaan dan bentuk kepercayaan yang digantikan itu, sama dengan identitas penerima kepercayaan dan bentuk kepercayaan untuk uang fiat.
b. Uang fidusier (fiduciary money) yang merupakan janji bayar (promise to pay).
c. Uang fiat (fiat money) yang posisinya di bawah janji itu.
Dengan uang fiat, janji bayar menjadi janji untuk mempertahankan keseimbangan antara pertumbuhan barang dan jasa dengan pertumbuhan persediaan uang. Bagi masyarakat tanpa uang tunai, identitas penerima kepercayaan dan bentuk kepercayaan yang digantikan itu, sama dengan identitas penerima kepercayaan dan bentuk kepercayaan untuk uang fiat.
b. Janji
Coleman meyakini bahwa “janji”
juga memiliki peran yang luas dalam sistem sosial maupun sistem politik,
terlepas dari perannya dalam dunia ekonomi. Baginya, dalam beberapa keadaan,
janji memang dapat diperdagangkan secara minimal. Dalam contoh, sudah lumrah
dalam komunitas kita, ucapan berikut, “John berutang pada saya. Katakan
kepadanya, saya menyuruhnya membantumu.” Dalam hal ini, tipe pertukaran
tersebut terjadi dalam lingkungan yang sangat terbatas.
Selain janji yang dapat dipertukarkan dengan uang, alat yang paling lazim untuk memungkinkan terjadinya transaks-transaksi dalam sistem sosial dan politik adalah janji yang tidak dapat dialihkan.
Selain janji yang dapat dipertukarkan dengan uang, alat yang paling lazim untuk memungkinkan terjadinya transaks-transaksi dalam sistem sosial dan politik adalah janji yang tidak dapat dialihkan.
c. Organisasi
Formal yang Produktif
Barangkali alat terpenting dalam
sistem sosial dan politik selain uang adalah organisasi formal yang produktif.
Misalnya, seorang operator fotocopy di sebuah kantor, harus memperbanyak suatu
bahan dan selanjutnya dibagikan kepada para staf kantor tersebut. Para staf
kantor yang menerima sesuatu dari pihak operator fotocopy, tidak berhutang dan
tidak diharuskan memberikan apa-apa kepada operator tersebut. Operator
tersebut, menerima keseimbangan pertukaran ini melalui upah atau gaji dari
manajemen kantor. Pada titik inilah, organisasi formal dalam sistem sosial dan
politik menjadi penting dalam teori pertukaran. Penggunaan uang terlibat pula
dalam struktur ini, tetapi uang saja tanpa organisasi tidak akan membuat teori
pertukaran ini menjadi kompleks. Karena itu, organisasi yang produktif bukanlah
pengganti uang, tetapi pelengkap uang.
d. Status
Sosial Sebagai Pengganti Uang
Alat lain yang berfungsi
menyeimbangkan transaksi dalam sistem sosial dan politik adalah dengan
memberikan status atau penunjukkan rasa hormat dari satu pihak terhadap pihak
lain. Hasilnya adalah sebuah hierarki status, yang di dalamnya berbagai macam
agen diakui karena diberikan status yang sifatnya membedakan (differing
status), atau tingkat prestise. Misalnya, seseorang yang hendak meminjam uang
pada bangkir. Kekuatan yang ada, sangatlah asimetris. Si peminjam akan berada
pada posisi sang pemohon yang rendah hati, dan tergantung pada keputusan
bangkir. Dalam pelaksanaannya, si peminjam akan memberikan kepada bangkir slip
kredit berupa hak istimewa, bilamana bangkir tersebut akan berkunjung ke toko
yang dimiliki si peminjam, bangkir akan selalu di tempatkan pada posisi
istimewa dalam hubungan kesehariannya. Pemberian status yang dapat dilakukan
untuk menyeimbangkan transaksi yang tidak seimbang, agaknya dapat menjadi
pengganti fungsional untuk uang dalam sistem sosial dan sistem politik.
Misalnya : dalam pemerintahan, pemberian status sebagai tokoh pemimpin dapat menjadi
penyeimbang dengan tindakan pemenuhan tanggung jawab sebagai pemimpin tersebut.
Akan tetapi, status tidak sama dengan uang.
Coleman
juga menyebutkan beberapa hal, antara lain:
·
Pertukaran
penyesuaian ganda dalam kehidupan sosial memang tidak terjadi dalam kekosongan.
Pertukaran tersebut terjadi dalam lingkungan ketika sedang berlangsung
persaingan memperebutkan sarana-sarana yang dimiliki tiap-tiap pelaku. Ia
mengambil sampel bertolak dari sistem pertukaran dalam ruang kelas dan dalam perebutan
pasar kerja.
·
Dalam
menjelaskan tentang pertukaran, Coleman mengambil contoh berupa pertukaran yang
terjadi dalam ruang kelas serta pertukaran di pasar tenaga kerja. Baginya,
dalam sistem tindakan yang sederhana yang hanya berisi satu proses pertukaran,
mengandung 4 konsep yang saling berhubungan : kepentingan dan kontrol,
kedua-duanya menetapkan relasi antara seorang pelaku dan sebuah sarana.
Kekuatan dan nilai, mencirikan para pelaku dan sarana-sarana itu dalam hubungan
dalam hubungan dengan sistem tindakan secara keseluruhan.
·
Alat
lain yang memudahkan pertukaran dalam sistem sosial dan sistem politik ketika
barter 2 pihak tidak mungkin lagi, yakni pihak perantara atau makelar.
D.
Teori Pertukaran Menurut Richard Emerson
Emerson
dengan dua esai yang ditulisnya tahun 1972, menandai awal tahap baru
perkembangan teori pertukaran sosial. Emerson mencoba memperluas teori
pertukaran dari analisis level mikro ke level makro, melalui studi struktur
jaringan. Hal ini pun diikuti oleh Karen Cook.
Emerson
mengulas tiga asumsi inti dari teori pertukaran, yaitu:
1. Orang yang mengambil manfaat dari
peristiwa cenderung bertindak “rasional” dan dengan demikian peristiwa tersebut
pun bisa terjadi.
2. Karena orang terbiasa dijejali
dengan peristiwa-peristiwa behavioral, peristiwa-peristiwa tersebut mulai
berkurang manfaatnya.
3. Keuntungan yang diperoleh orang melalui proses
sosial, tergantung pada keuntungan yang dapat mereka berikan dalam pertukaran,
sehingga memberikan “fokus pada aliran manfaat melalui interaksi sosial” kepada
teori pertukaran.
Point
Kekuasaan – Ketergantungan
Emerson
mendefinisikan kekuasaan satu pihak atas pihak lain dalam hubungan pertukaran
adalah fungsi terbalik dari ketergantungannya pada pihak lain. Kekuasaan A atas
B sama dengan, dan didasarkan atas ketergantungan B pada A. Terdapat
keseimbangan hubungan antara A dengan B, ketika ketergantungan A pada B sama
dengan ketergantungan B pada A. Ketika terjadi ketimpangan dalam ketergantungan
tersebut, aktor dengan ketergantungan lebih kecil memiliki keunggulan kekuasaan.
Emerson selanjutnya mengatakan bahwa kekuasaan bisa berasal dari kemampuan
memberikan imbalan dan kemampuan untuk menghukum orang lain. Muridnya, Molm,
menganggap bahwa kekuasaan menghukum lebih lemah daripada kekuasaan memberikan
imbalan, sebagian karena tindakan menghukum cenderung menimbulkan reaksi
negatif. Molm bersama Quist dan Wisely, menganggap bahwa penggunaan menghukum
lebih cenderung dipersepsikan adil ketika digunakan oleh mereka yang juga
memiliki kekuasaan untuk memberikan imbalan, namun ia cenderung dipersepsikan
tidak adil dan dengan demikian disebut sebagai pemaksa yang lemah ketika
masing-masing pihak mengharapkan adanya imbalan.
Teori
Pertukaran Yang Lebih Integratif
Cook,
O’Brien dan Kollock mendefinisikan teori ini sebagai teori yang membahas
pertukaran pada berbagai level analisis, baik pertukaran antar individu,
perusahaan maupun negara dan bangsa. Dalam level mikro, dipusatkan perhatian
pada perilaku sosial sebagai pertukaran. Dalam level makro, struktur sosiallah
yang diamati sebagai pertukaran.
Cook, O’Brien dan Kollock mengidentifikasi tiga kecenderungan yang mengarah pada teori pertukaran yang lebih integratif, yaitu:
Cook, O’Brien dan Kollock mengidentifikasi tiga kecenderungan yang mengarah pada teori pertukaran yang lebih integratif, yaitu:
1.
Semakin
meningkatnya penggunaan bidang penelitian yang memperhatikan isu makro, yang
melengkapi penggunaan eksperimen tradisional untuk mempelajari isu mikro.
2.
Mereka
mencatat menjauhnya karya substantif dari fokus diadik dan mengarah pada
jaringan pertukaran yang lebih besar.
3.
Adanya
upaya terus menerus untuk menyintesiskan teori pertukaran dengan sosiologi
struktural, khususnya teori jaringan. Ketiga tokoh ini juga mendiskusikan
manfaat yang dapat diperoleh dari integrasi pandangan dari berbagai teori mikro
lain. Interaksionisme simbolis misalnya, menawarkan pengetahuan tentang
bagaimana aktor mengomunikasikan keinginan mereka satu sama lain, dan hal ini
penting dalam tumbuhnya kepercayaan serta komitmen dalam hubungan pertukaran.
Dengan demikian teori pertukaran dapat disebutkan sebagai salah satu orientasi
teoritis dalam ilmu sosial yang secara terang-terangan mengonseptualisasikan
aktor yang berkehendak dalam kaitannya dengan struktur.
Pada
tahun-tahun terakhir ini, teori pertukaran mulai bergerak beberapa arah yang
lebih baru, yakni:
1.
Makin
meningkatnya perhatian pada resiko dan ketidakpastian dalam hubungan pertukaran.
Misalnya, seorang aktor dapat memberi sesuatu yang bernilai pada orang lain
tanpa menerima kembali apapun yang bernilai.
2.
Minat
pada resiko membawa pada perhatian terhadap kepercayaan dalam hubungan
pertukaran.
3.
Terdapat
isu yang terkait dengan aktor yang mengurangi resiko dan meningkatkan
kepercayaan dengan mengembangkan seperangkat komitmen timbal balik satu sama
lain (berhubungan dengan yang ke 4)
4.
Meningkatnya perhatian pada kepedulian dan
emosi dalam teori yang didominasi oleh faktor pada aktor yang memiliki
kepentingan diri.
5.
Saat
banyak teori pertukaran memusatkan perhatian pada struktur, terjadi pula
peningkatan minat dalam menguraikan tabiat dan peran aktor.
6.
Arah
baru yang paling banyak menyedot perhatian pada tahun-tahun terakhir ini adalah
integrasi teori pertukaran dan teori jaringan.
DAFTAR
PUSTAKA
Lexy
J. Moleong. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja.
Rosdakarya.
Robinson, Philip. 1986. Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali
Ritzer, George and Goodman Douglas J, Teori Sosiologi Modern, Edisi Terbaru, Jakarta : Prenada Media, 2004.
Jurnal Al-Tarbiyah Vol xx No. 2 Desember 2007
Robinson, Philip. 1986. Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali
Ritzer, George and Goodman Douglas J, Teori Sosiologi Modern, Edisi Terbaru, Jakarta : Prenada Media, 2004.
Jurnal Al-Tarbiyah Vol xx No. 2 Desember 2007