Senin, 12 Mei 2014

sosiologi


 Biografi Singkat
Peter M. Blau lahir di Wina, Austria, 7 Februari 1918. ia bermigrasi ke AS tahun 1939 dan menjadi warga AS tahun 1943. tahun 1942 ia menerima gelar BA dari Elmhrst College di Elmhurst,Illionis. Pendidikannya terganggu karena perang dunia ke II dan ia bergabung dengan AD dan menerima penghargaan the Browzer Star. Setelah perang ia kembali ke sekolah dan menyeledaikan pendidikannya, menerima Ph.D. dari universitas Columbia tahun 1952. Blau mendapatkan penghargaan luas pertama dalam sosiologi karena sumbangannya dalam studi tentang organisasi formal. Hasil studi empirisnya tentang organisasi dan buku ajar yang di tulisnya tentang organisasi formal masih tetap di kutip secara luas dan ia terus memberikan sumbangan yang berarti terhadap kajian tentang organisasi formal ini. Ia pun menulis bersama Otis Dudley Ducan, the American Occupational Structure yang memenangkan hadiah bergengsi Sorokin Award. Dari the American Sociological Assosiations tahun 1968. buku itu merupakan konstribusi yang sangat penting studi sosiologi tentang stratifikasi sosial. Meskipun ia terkenal berbagai karya, yang menjadi sasaran perhatian kita di sini adalah kontribusi Blau terhadap sosiologi. Yang menarik adalah ia telah memberikan kontribusi penting terhadap dua orientasi teoritis yang berbeda.
Bukunya Exchange and Power ini sicial live (1964) merupakan komponen utama teori pertukaran masa kini. Kontribusi utama Blau tentang teori pertukaran pada kelompok primer pada berskala kecil di cobadi terapkan pada kelompok besar, meski mengandung beberapa kelemahan, karya itu merupakan upaya penting untuk mengintegrasikan secara teoritis masalah sosiologi berskala luas dan berskala kecil. Blau pun berada di barisan terdepan pakar struktural. Selama masa jabatannya selaku presiden The American Sociological Association (1973-1974). Ia menjadi teori struktural ini sebagai tema pertemuan tahunan asosiasi sosiologi itu. Sejak itu ia telah menerbitkan buku dan artikel yang di rencanakan untuk menjelaskan dan mengembangkan teori struktural. Karya dibidang ini adalah the Struktural Contexts of Opportunities(1994) dan crosscutting Social Circles edisi ke dua (Blau dan Schwartz, 1997). Peter Blau meninggal pada 12 Maret 2002.
 Gagasan Peter M. Blau
Penjelasan Blau mengenai tindakan sosial, birokrasi, dan kekuasaan merupakan pengembangan – pengembangan konsep utama Max Weber[1]. Kemudian, ide dari pertukaran, Blau banyak terinspirasi gagasan Sosial Exchange yang dirumuskan George Homans. Tetapi, ada dua hal dari Homans yang dikritisi Blau.
  1. Pertukaran selalu diasumsikan simetris. Bagi Blau, tidak semua pertukaran bersifat timbal balik.
  2. Pendekatan Homans yang terlalu mikro , karena mendekati kajian psikologi. Bagi Blau, sosiologi harus kembali pada jati diri kajian makro bukan fenomena mikro.
Hanya saja Blau setuju dengan prespektif Homans tentang pentingnya sosiologi untuk mengembangkan teori deduktif yang lebih sistematis dan menghasilkan ramalan – ramalan yang dapat diuji.
Blau mengakui bahwa kesalahannya awal dimana ia mulai bekerja dengan dilatarbelakangi psikologi sosial. Tetapi ia tidak pernah meninggalkan pandangan tentang sosiologi yang assli, yakni studi struktur sosial yang luas. Struktur sosial memiliki ciri – ciri:
  1. Menunjuk pada bentuk posisi sosial yang terdiferensiasi dan struktur hubungan sosial yang berhubungan dengan posisi mereka.
  2. Menunjukkan pada bagian – bagian yang saling bergantung.
  3. Ketergantungan itu menjadi sangat penting karena terdiri atas proses interaksi sosial, yang membedakan antar anggota dalam kelompok yang sama.
  4. Ketergantungan sosial berhubungan erat dengan mobilitas sosial yang bersifat indikatif.
Contoh: pada suatu tradisi dimana seorang bangsawan harus menikah dengan keturunan bangsawan juga. Dengan alasan mempertahankan kehormatan mereka. Struktur adat membatasi kesempatan untuk lebih bebas memilih pasangan.
  • Bentuk – Bentuk Pertukaran Sosial:
  1. Pertukaran sosial langsung.
Masyarakat terdiri atas suatu jaringan perserikatan – perserikatan yang rumit, yang didasarkan pada transaksi – transaksi pertukaran sosial yang seimbang (simetris) maupun tidak seimbang (asimetris). Sebagai contoh:
-          Pertukaran sosial antara dosen dengan mahasiswa (asimetris)
-          Pertukaran sosial antara yang ingin menjadi kepala daerah dengan pihak yang ingin menguasai proyek (simetris)
  1. Pertukaran tidak langsung
Pertukaran ini bersifat tidak langsung, sangat mungkin terjadi pada institusi yang bersifat luas, seperti negara, organisasi, maupun karyawan. Pertukaran ini bahkan tiddak terlihat dan berdampak langsung, sebab sangat tergantung pada interrnaalisasi norma. Misal:
-   Ketika kita membayar pajak listrik ke cabang – cabang online mal maka secara tidak langsung kita mengadakan pertukaran dengan pemerintah.
  • Hasil Pertukaran Sosial
Hasil pertukaran sosial adalah spesialisasi peran yang dikembangkan (Diferensiasi Sosial), yang memerlukan sumbangan – sumbangan yang sangat bervariasi. Setiap orang mengiginkan adanya penghargaan dan kekuasaan. Demi memperolehnya, mereka membuktikan dirinya menarik dan mempunyai kemampuan yang tidak disadari yang dipertukarkan dengan kekayaan yang sangat penting. Disamping itu, adanya persaingan untuk memperoleh sumber – sumber yang langka menyebabkan munculnya diferensiasi sosial.
Sisi lain pertukaran sosial adalah meningkatkan integrasi sosial, membangun kepercayaan, mendorong keberanian, memaksa konformitas dengan norma – norma kelompok, dan mengembangkan nilai – nilai kolektif. Misal: dua orang sahabat memutuskan untuk bekerjasama dengan dibimbing oleh logika kepercayaan, pertukaran sosial, kemungkinan besar hal – hal yang dianggap sulit akan dilewati bersama dengan mudah.
  • Power (Kekuasaan)
Kekuasaan yang dijelaskan Blau tidak lepas dari pertukaran sosial[2]. Dalam hubungan dua orang atau lebih selalu terdapat hubungan dimana pihak satu mendominasi pihak lain. Blau menjelaskan mengenai Cognitive Dissonance yang disebabkan struktur kepimpinan yang tidak baik akan melahirkan gerakan – gerakan oposisi.
Jika terdapat pertukaran sosial antara dua kelompok atau lebih dengan persepsi ataupun kelebihan yang berbeda kemungkinan hubungan masih bisa dilanggengkan. Namun, jika terdapat pertukaran sosial yang tidak seimbang, maka dominasi pun berperan lebih penting. Misal: hubungan kelompok diskusi mahasiswa jauh lebih langgeng dan masih akan berlanjut sampai kapan pun karena mereka memiliki keahlian masing – masing dan saling melengkapi, berbeda dengan hubungan antara mahasiswa dengan dosen yang cenderung lebih didominasi dosen. Apapun keputusan dosen bersifat mutlak dan harus.
  • Birokrasi
Birokrasi adalah organisasi – organisasi yang didirikan secara resmi yang dibentuk untuk memaksimalkan efesiensi administrasi. Sementara itu, birokrasi memiliki unsur – unsur : pembagian kerja, hierarki, wewenang, staf administrasi, kompensasi yang berkaitan dengan posisi seseorang, kelangsungan kerja, dan penerimaan tenaga kerja.
Secara sosiologis, pada praktiknya unsur – unsur birokrasi tidak dapat diterapkan secara kaku. Untuk itu terdapat beberapa hal yang perlu dipahami.
  1. Birokrasi merupakan konteks dimana berbagai tingkah laku meenusia berlangsung, yang meeliputi pribadi dan interaksi mereka dalam birokrasi.
  2. Ketika menghadapi persoalan pasti membutuhkan modifikasi – modifikasi struktur. Misal: tindakan pemimpin dalam menghadapi manajer jelas tidak sama ketika ia menghadapi pekerja – pekerja rendahan atau buruh.
  3. Birokrasi sangat dipengaruhi oleh pola – pola sosial yang berkembang dalam masyarakat.
  4. Terdapat beberapa dimensi analisis dalam meempelajari birokrasi.
ü  Dimensi peranan (role dimension) adalah menganaliasis ciri –ciri dan tingkah laku individu dalam peran mereka sebagai anggota organisasi.
ü  Dimensi kelompok (struktural) adalah menganalissis pengaruh aktivitas seseorang atau beberapa orang terhadap tingkah laku orang lain.
ü  Dimensi organisasi: memberi perhatian pada organisasi secara utuh, bukan pada individu atau kelompok kerja.
  • Kekuatan – kekuatan dialektis
Walaupun Blau sangat dipengaruhi oleh teori fungsionalisme dan teori pertukaran, akan tetapi blau menyadari akan bekerjanya proses – proses dinamis yang membentuk struktur. Kekuatan – kekuatan dialektis tersebut hubungannya dengan: (1) dilema (2) diferensiasi (3) dinamika dan (4) proses dialektis.
Dilema merupakan kekuatan dialektis dari perubahan sosial yang membutuhkan pilihan diantara berbagai alternatif yang sama –sama ddiinginkan[3]. Diferensiasi dimana pertukaran menyatakan adanya persaingan untuk memperoleh sumber – sumber langka. Dinamika kehidupan sosial yang teroranisir bersumber dari kekuatan – kekuatan  penantang. Dialektika adalah kekuatan kontadiktoris yang terdapat dalam kehidupan sosial.


Daftar Pustaka
î  Bernard, Raho. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
î  Margaret, M. Poloma. 2010. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
î  Narwoko, Dwi, Dan Bagong Suyanto. 2006. Sosiologi: Teks Pengantar Dan Terapan. Jakarta: Kencana Prenada.
î  Rachmad, Susilo. 2008. 20 Tokoh Teori Sosiologi Modern. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
î  Ritzer,George And Douglas J,Goodman. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana.
î  Johnson. P.Doyle. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia.
î  Irving M. Zeiltin. 1995. Memahami Kembali Sosiologi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.























Teori pertukaran melihat dunia ini sebagai arena pertukaran, tempat orang-orang saling bertukar ganjaran atau hadiah. Adapun tokoh-tokoh teori pertukaran diantaranya: George Caspar Homans, Peter M. Blau, Richard Emerson, John Thibout, dan Harold H. Kelly.
Asumsi dasar teori pertukaran yaitu:
a. Manusia adalah makhluk yang rasional, dia memperhitungkan untung dan rugi.
Teori pertukaran melihat bahwa manusia terus-menerus terlibat dalam memilih di antara perilaku alternatif, dengan pilihan mencerminkan cost and reward (biaya dan ganjaran) yang diharapkan berhubungan dengan garis-garis perilaku alternatif ini. tindakan sosial dipandang ekuivalen dengan tindakan ekonomis. Suatu tindakan adalah rasional berdasarkan perhitungan untung rugi.
Dalam interaksi sosial, aktor mempertimbangkan keuntungan yang lebih besar daripada biaya yang dikeluarkannya (cost benefit ratio). Oleh sebab itu, semakin tinggi ganjaran (reward) yang diperoleh semakin besar kemungkinan suatu perilaku akan diulang. Sebaliknya, makin tinggi biaya atau ancaman hukuman (punishment) yang akan diperoleh, maka makin kecil kemungkinan perilaku yang sama akan diulang.
1.      perilaku tersebut harus berorientasi pada tujuan yang hanya dapat dicapai melalui interaksi dengan orang lain dan
2.      perilaku harus bertujuan untuk memperoleh sarana bagi pencapaian tujuan-tujuan tersebut.
Perilaku sosial terjadi melalui interaksi sosial yang mana para pelaku berorientasi pada tujuan. Misalnya untuk memperoleh kasih saying, orang harus berorientasi pada perolehan kasih saying ini. perolehan kasih sayang ini hanya mungkin dilakukan melalui interaksi dengan orang lain. Perilaku untuk mendapatkan kasih sayang ini memerlukan sarana bagi pencapaiannya.
c. Transaksi-transaksi pertukaran terjadi hanya apabila pihak yang terlibat memperoleh keuntungan dari pertukaran itu.
Sebuah tindakan pertukaran tidak akan terjadi apabila dari pihak yang terlibat ada yang tidak mendapatkan keuntungan dari suatu transaksi pertukaran. Keuntungan dari suatu pertukaran, tidak selalu berupa ganjaran ekstrinsik seperti uang, barang-barang atau jasa, tetapi juga bisa ganjaran intrinsik seperti kasih sayang, kehormatan, dll.
Teori-Teori Pertukaran Menurut Beberapa Ahli
A. Menurut George C. Homans
Unsur utama dari pertukaran sosial adalah cost (biaya), reward (imbalan), profit (keuntungan). Cost adalah perilaku seseorang yang dianggap sebagai biaya Entah mengharapkan imbalan atau tidak. Sedangkan reward adalah imbalan terhadap cost. Dari reward yang didapat seseorang bisa saja mendapatkan kenutungan yang lebih besar dari cost yang dikeluarkan. Keuntungan tersebut disebut profit. Namun tidak semua reward yang didapat manghasilkan keuntungan bagi seseorang yang mengeluarkan reward. Sebab dalam pertukaran sosial seseorang tidak terlalu mengutamakan profit yang banyak. Seseorang hanya menginginkan reward atas cost yang dia keluarkan. Contoh : seorang anak menolong Ibu yang mengalami kesulitan dalam membawa barang belanjaan. Kemudian sebagai ucapan terima kasih Ibu tersebut memberi uang seribu rupiah kepada anak yang menolongnya. Perbuatan menolong anak tersebut adalah cost dan Ibu tersebut menerima reward. Sebagai umpan balik maka si anak mendapatkan reward uang seribu rupiah walaupun mungkin anak ersebut menolong dengan ketulusan. Hubungan timbal balik diatas akan merujuk pada kuantitas dan nilai. Kuantitas adalah intensitas atau frekuensi yang dimana suatu perilaku dinyatakan dalam suatu jangka waktu tertentu atau sejumlah perilaku yang terjadi. Sedangkan nilai adalah tingkat dimana sesuatu suatu perilaku tertentu didukung atau dihukum. Nilai dan kuantitas adalah sebuah persamaan yang tidak saling berhubungan antar satu sama lain.
George Homans menerangkan bahwa hubungan pertukaran sosial yang dilakukan manusia dapat dijelaskan melalui 6 proposional dasar. Proposisi yang dimaksud adalah :
Proposisi sukses
 “Dalam setiap tindakan, semakin sering suatu tindakan tertentu mendapakan ganjaran maka, kian kerap ia akan melakukan tindakan itu”. Artinya bahwa apabila seseorang berhasil memperoleh ganjaran (tidak mendapat hukuman) maka orang tersebut cenderung mengulangi tindakan tersebut. Contoh : anak yang mengerjakan tugas pasti akan mendapat nilai sebagai imbalannya. Perilaku yang selaras dengan proposisi sukses meliputi tiga tahap yaitu : pertama, tindakan seseorang. Contoh : seorang anak SD mengerjakan soal ulangan . Kedua, hasil yang diberikan. Contoh : sebagai imbalannya, anak tersebut mendapatkan nilai 75. Ketiga, pengulangan dari tindakan sebelumnya. Contoh : seorang anak akan selalu mengerjakan tugas agar mendapat nilai. Hal-hal lain yang berkaitan dengan proposisi sukses adalah pertama, perulangan tingkah laku karena mendapatkan ganjaran ini tidak bisa berlangsung tanpa batas. Jadi, tidak ada tindakan yang dilakukan tanpa batas. Kedua, semakin pendek jarak antara cost dan reward maka, semakin sering frekuensi seseorang melakukan tindakan tersebut. Ketiga, reward yang mengandung profit lebih tinggi akan memancing seseorang untuk melakukan tindakan yang sama daripada perulangan padakegiatan yang memiliki profit tetap dan teratur. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proposisi sukses hanya merupakan sebagian kebenaran yang tidak dapat betahan dalam suatu pengujian empiris.
• Proposisi stimulus
“Jika di masa lalu terjadinya stimulus yang khusus, atau seperangkat stimuli, merupakan peristiwa dimana tindakan seseorang memperoleh gajaran, maka semakin mirip stimuli yang ada sekarang ini dengan yang lalu itu, akan semakin mungkin seseorang melakukan tindakan sama atau yang agak sama.”
Yang dimaksud Homans adalah objek atau tindakan tersebut dilakukan dengan memperoleh ganjaran tertentu sperti yang ia inginkan. Homans membuat generalisasi mengenai yaitu tingkat keberhasilan/ kecenderungan untuk melakukan tindakan serupa secara berulang-ulang. Contoh : seseorang yang bermain judi dan menang akan berjudi lagi dengan harapan menang lagi. Namun tidak semua orang akan melakukan generalisasi terhadap tindakan tertentu.
• Proposisi nilai
“semakin bernilai hasil tindakan bagi seseorang, semakin cenderung ia melakukan tindakan serupa.”
Proposisi ini menekankan bahwa dalam tindakan ada ganjaran (reward yang bersifat positif) dan hukuman (bersifat negatif) atas tindakan yang dilakukan oleh individu. Reward diperoleh seseorang apabila dia melakukan tindakan yang bersifat positif. Sedangkan hukuman akan diperoleh apabila seseorang melakukan tindakan yang bersifat negatif. Dengan demikian diharapkan seseorang akan melakukan tindakan yang positif dengan menjauhi hal-hal yang bersifat negatif. Namun, Homans menekankan bahwa sebaiknya hukuman terhadap suatu tindakan tidak dilakukan. Lebih baik mendorong orang lain agar melakukan tindakan yang bersifat positif.
• Proposisi kelebihan-kekurangan
“ Semakin sering seseorang mendapat ganjaran, maka semakin berkurangnya nilai imbalan yang dia terima” Pada proposisi ini yang menjadi faktor utama penentu kejenuhan adalah waktu. Contoh : apabila seorang siswa selalu mendapatkan ranking satu. Maka siswa tersebuta akan mengalami kejenuhan terhadap kondisi tersebut. Walaupun mendapat ranking satu adalah sebuah kebanggaan
• Proposisi deprivasi dan satiasi
Proposisi A :“Apabila tindakan seseorang tidak memperoleh ganjaran seperti yang diharapkan atau mendapat hukuman yang tidak diharapkan, maka semakin besar kemungkinan bahwa dia menjadi marah dan melakukan tindakan agresif dan tindakan agresif itu menjadi bernilai baginya.” Contoh : Apabila seorang bayi merasa lapar dan si Ibu tidak segera memberikan makanan. Maka, bayi tersebut kan marah. Pada proposisi ini emosi adalah bukti tingkah laku manusia. Dimana dia akan marah apabila dia tidak memproleh apa yang diinginkannya.
Proposisi B : “ketika seseorang mendapat imbalan dari apa yang dia harapkan, khususnya gnjaran yang lebih besar dari apa yang dia harapkan atau tidak mendapat hukukman yang diperhitungkannya maka, ia akan melakukan hal-hal positif yang ia harapkan”
Contoh : apabila sang Ibu merespon dari tangisan bayi tersebut dengan cara memberikan susu atau makanan maka, sang Bayi akan berhenti menangis. Sebab di telah mendapatkan apa yang dia inginkan.
• Proposisi rasional
“Kalau memilih tindakan alternatif, seseorang akan memilih tindakan, sebagai mana dipersepsikan kala itu, yang jika nilai hasilnya (V) dikalikan probabilitas keberhasilan (p) adalah lebih besar.” Pada proposisi rasionalitas, Homans menhubungkan prinsip rasionalitas dengan proposis-proposisi yang lebih behavioristik. Dalam proposisi rasionalitas, benar tidaknya seseorang melakukan sebuah tindakan tergantung pada persepsi mereka terhadap behavioralitas sukses

B. Menurut Peter Blau
Peter M. Blau menunjukkan bahwa dalam proses pertukaran dasar menghadirkan fenomena yang berupa struktur sosial yang lebih kompleks. Dalam teori pertukaran sosial menekankan adanya suatu konsekuensi dalam pertukaran baik yang berupa ganjaran materiil, misal yang berupa barang maupun spiritual yang berupa pujian. Selanjutnya untuk terjadinya pertukaran sosial harus ada persyaratan yang harus dipenuhi. Syarat itu adalah
1.      suatu perilaku atau tindakan harus berorientasi pada tujuan-tujuan yang hanya dapat tercapai lewat interaksi dengan orang lain.
2.       suatu perilaku atau tindakan harus bertujuan untuk memperoleh sarana bagi pencapaian tujuan-tujuan yang dimaksud.
Adapun tujuan yang dimaksud dapat berupa ganjaran atau penghargaan intrinsik yakni berupa pujian, kasih sayang, kehormatan dan lain-lainnya atau penghargaan ekstrinsik yaitu berupa benda-benda tertentu, uang dan jasa. Harapan-harapan yang akan diperoleh dalam pertukaran sosial menurut Peter M. Blau, yaitu
a)      ganjaran atau penghargaan;
b)       lahirnya diferensiasi kekuasaan;
c)      kekuasaan dalam kelompok; dan
d)      keabsahan kekuasaan dalam kelompok.
Untuk jelasnya dapat dikemukakan bahwa interaksi sosial dapat digolongkan dalam dua kategori, yaitu didasarkan pada ganjaran atau penghargaan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik.
Peter M. Blau berpendapat bahwa
Ø  individu-individu dalam kelompok-kelompok yang sederhana (mikro) satu sama lain dalam pertukaran sosial mempunyai keinginan untuk memperoleh ganjaran ataupun penghargaan; dan
Ø   tidak semua transaksi sosial bersifat simetris yang didasarkan pada pertukaran sosial yang seimbang.
Pertukaran sosial yang tidak seimbang akan menyebabkan adanya perbedaan dan diferensiasi kekuasaan karena dalam pertukaran tersebut ada pihak yang merasa lebih berkuasa dan mempunyai kemampuan menekan dan di lain pihak ada yang dikuasai serta merasa ditekan.
Kekuasaan menurut Peter M. Blau adalah kemampuan orang atau kelompok untuk memaksakan kehendaknya pada pihak lain. Adapun strategi atau cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan kekuasaan terhadap orang lain yaitu memberikan sebanyak mungkin kepada pihak lain yang membutuhkan, sebagai suatu upaya menunjukkan statusnya yang lebih tinggi dan berkuasa, agar mereka yang dikuasai merasa berutang budi dan mempunyai ketergantungan.
Dalam pertukaran sosial menunjukkan adanya gejala munculnya kekuasaan yang terjadi pula dalam suatu kelompok. Dalam kelompok akan terjadi persaingan antarindividu, dan tiap individu akan berusaha memperoleh kesan lebih menarik jika dibanding dengan yang lain. Agar orang itu terkesan lebih menarik dari orang lain syaratnya dapat menarik perhatian orang lain. Dalam persaingan itu nantinya akan nampak adanya pihak atau orang yang dapat menarik perhatian orang-orang yang dalam kelompok yang bersangkutan. Kelebihan orang yang bersangkutan dapat menarik perhatian orang lain kemungkinan karena kepandaiannya, kejujurannya, kesopanannya ataupun kebijaksanaannya. Dari tiap-tiap kelompok akan ada yang menonjol dan yang menonjol itu akhirnya akan muncul satu orang yang paling menarik perhatian orang dalam kelompok-kelompok tersebut maka muncullah kekuasaan, dalam arti ada pemimpin dan ada yang dipimpin. Dalam hal ini, pemimpin (pemegang kekuasaan) akan memperoleh penghargaan sebagai akibat tanggung jawab yang dapat dipenuhinya. Sementara orang yang dipimpin akan mendapat penghargaan karena ketaatannya, baik karena tugas yang diselesaikan maupun kesediaannya mematuhi peraturan-peraturan yang ada.
Perintah yang dipatuhi adalah perintah yang diberikan oleh pemimpin yang sah. Agar perintah dipatuhi maka pemimpin (pemegang kekuasaan) harus mempunyai wewenang. Wewenang yang dimiliki oleh pemegang kekuasaan digunakan untuk merekrut anggota dalam kelompok.
C. Teori Pertukaran James Coleman
Coleman menyinggung tulisan Edgeworth (1881), bahwa dalam pertukaran ada yang dinamakan penyesuaian ganda (double coincidence of wants). Dalam arti, bukan hanya A yang mempunyai sesuatu yang dibutuhkan B, tetapi B juga mempunyai sesuatu yang diinginkan A, dan kedua-duanya membutuhkan barang yang dimiliki pihak lain itu lebih dari keinginan mereka untuk barang yang mereka miliki, yang bersedia mereka serahkan melalui pertukaran. Bagi Coleman, syarat penyesuaian ini cukup berat. Uang adalah salah satu sarana yang dapat mengatasi keharusan akan persesuaian kebutuhan ganda ini.
1. Uang
Coleman menjelaskan 3 cara pendefinisian uang, yaitu: uang sebagai simpanan berharga, uang sebagai alat pertukaran dan uang sebagai satuan perhitungan. Uang ini pun dibedakan dalam 3 bentuk, yakni:
a.       Uang barang (commodity money) yang mengandung nilainya.
b. Uang fidusier (fiduciary money) yang merupakan janji bayar (promise to pay).
c. Uang fiat (fiat money) yang posisinya di bawah janji itu.
Dengan uang fiat, janji bayar menjadi janji untuk mempertahankan keseimbangan antara pertumbuhan barang dan jasa dengan pertumbuhan persediaan uang. Bagi masyarakat tanpa uang tunai, identitas penerima kepercayaan dan bentuk kepercayaan yang digantikan itu, sama dengan identitas penerima kepercayaan dan bentuk kepercayaan untuk uang fiat.
b.      Janji
Coleman meyakini bahwa “janji” juga memiliki peran yang luas dalam sistem sosial maupun sistem politik, terlepas dari perannya dalam dunia ekonomi. Baginya, dalam beberapa keadaan, janji memang dapat diperdagangkan secara minimal. Dalam contoh, sudah lumrah dalam komunitas kita, ucapan berikut, “John berutang pada saya. Katakan kepadanya, saya menyuruhnya membantumu.” Dalam hal ini, tipe pertukaran tersebut terjadi dalam lingkungan yang sangat terbatas.
Selain janji yang dapat dipertukarkan dengan uang, alat yang paling lazim untuk memungkinkan terjadinya transaks-transaksi dalam sistem sosial dan politik adalah janji yang tidak dapat dialihkan.
c.       Organisasi Formal yang Produktif
Barangkali alat terpenting dalam sistem sosial dan politik selain uang adalah organisasi formal yang produktif. Misalnya, seorang operator fotocopy di sebuah kantor, harus memperbanyak suatu bahan dan selanjutnya dibagikan kepada para staf kantor tersebut. Para staf kantor yang menerima sesuatu dari pihak operator fotocopy, tidak berhutang dan tidak diharuskan memberikan apa-apa kepada operator tersebut. Operator tersebut, menerima keseimbangan pertukaran ini melalui upah atau gaji dari manajemen kantor. Pada titik inilah, organisasi formal dalam sistem sosial dan politik menjadi penting dalam teori pertukaran. Penggunaan uang terlibat pula dalam struktur ini, tetapi uang saja tanpa organisasi tidak akan membuat teori pertukaran ini menjadi kompleks. Karena itu, organisasi yang produktif bukanlah pengganti uang, tetapi pelengkap uang.
d.      Status Sosial Sebagai Pengganti Uang
Alat lain yang berfungsi menyeimbangkan transaksi dalam sistem sosial dan politik adalah dengan memberikan status atau penunjukkan rasa hormat dari satu pihak terhadap pihak lain. Hasilnya adalah sebuah hierarki status, yang di dalamnya berbagai macam agen diakui karena diberikan status yang sifatnya membedakan (differing status), atau tingkat prestise. Misalnya, seseorang yang hendak meminjam uang pada bangkir. Kekuatan yang ada, sangatlah asimetris. Si peminjam akan berada pada posisi sang pemohon yang rendah hati, dan tergantung pada keputusan bangkir. Dalam pelaksanaannya, si peminjam akan memberikan kepada bangkir slip kredit berupa hak istimewa, bilamana bangkir tersebut akan berkunjung ke toko yang dimiliki si peminjam, bangkir akan selalu di tempatkan pada posisi istimewa dalam hubungan kesehariannya. Pemberian status yang dapat dilakukan untuk menyeimbangkan transaksi yang tidak seimbang, agaknya dapat menjadi pengganti fungsional untuk uang dalam sistem sosial dan sistem politik. Misalnya : dalam pemerintahan, pemberian status sebagai tokoh pemimpin dapat menjadi penyeimbang dengan tindakan pemenuhan tanggung jawab sebagai pemimpin tersebut. Akan tetapi, status tidak sama dengan uang.
Coleman juga menyebutkan beberapa hal, antara lain:
·         Pertukaran penyesuaian ganda dalam kehidupan sosial memang tidak terjadi dalam kekosongan. Pertukaran tersebut terjadi dalam lingkungan ketika sedang berlangsung persaingan memperebutkan sarana-sarana yang dimiliki tiap-tiap pelaku. Ia mengambil sampel bertolak dari sistem pertukaran dalam ruang kelas dan dalam perebutan pasar kerja.
·         Dalam menjelaskan tentang pertukaran, Coleman mengambil contoh berupa pertukaran yang terjadi dalam ruang kelas serta pertukaran di pasar tenaga kerja. Baginya, dalam sistem tindakan yang sederhana yang hanya berisi satu proses pertukaran, mengandung 4 konsep yang saling berhubungan : kepentingan dan kontrol, kedua-duanya menetapkan relasi antara seorang pelaku dan sebuah sarana. Kekuatan dan nilai, mencirikan para pelaku dan sarana-sarana itu dalam hubungan dalam hubungan dengan sistem tindakan secara keseluruhan.
·         Alat lain yang memudahkan pertukaran dalam sistem sosial dan sistem politik ketika barter 2 pihak tidak mungkin lagi, yakni pihak perantara atau makelar.
D. Teori Pertukaran Menurut Richard Emerson
Emerson dengan dua esai yang ditulisnya tahun 1972, menandai awal tahap baru perkembangan teori pertukaran sosial. Emerson mencoba memperluas teori pertukaran dari analisis level mikro ke level makro, melalui studi struktur jaringan. Hal ini pun diikuti oleh Karen Cook.
Emerson mengulas tiga asumsi inti dari teori pertukaran, yaitu:
1.      Orang yang mengambil manfaat dari peristiwa cenderung bertindak “rasional” dan dengan demikian peristiwa tersebut pun bisa terjadi.
2.      Karena orang terbiasa dijejali dengan peristiwa-peristiwa behavioral, peristiwa-peristiwa tersebut mulai berkurang manfaatnya.
3.       Keuntungan yang diperoleh orang melalui proses sosial, tergantung pada keuntungan yang dapat mereka berikan dalam pertukaran, sehingga memberikan “fokus pada aliran manfaat melalui interaksi sosial” kepada teori pertukaran.
Point Kekuasaan – Ketergantungan
Emerson mendefinisikan kekuasaan satu pihak atas pihak lain dalam hubungan pertukaran adalah fungsi terbalik dari ketergantungannya pada pihak lain. Kekuasaan A atas B sama dengan, dan didasarkan atas ketergantungan B pada A. Terdapat keseimbangan hubungan antara A dengan B, ketika ketergantungan A pada B sama dengan ketergantungan B pada A. Ketika terjadi ketimpangan dalam ketergantungan tersebut, aktor dengan ketergantungan lebih kecil memiliki keunggulan kekuasaan. Emerson selanjutnya mengatakan bahwa kekuasaan bisa berasal dari kemampuan memberikan imbalan dan kemampuan untuk menghukum orang lain. Muridnya, Molm, menganggap bahwa kekuasaan menghukum lebih lemah daripada kekuasaan memberikan imbalan, sebagian karena tindakan menghukum cenderung menimbulkan reaksi negatif. Molm bersama Quist dan Wisely, menganggap bahwa penggunaan menghukum lebih cenderung dipersepsikan adil ketika digunakan oleh mereka yang juga memiliki kekuasaan untuk memberikan imbalan, namun ia cenderung dipersepsikan tidak adil dan dengan demikian disebut sebagai pemaksa yang lemah ketika masing-masing pihak mengharapkan adanya imbalan.
Teori Pertukaran Yang Lebih Integratif
Cook, O’Brien dan Kollock mendefinisikan teori ini sebagai teori yang membahas pertukaran pada berbagai level analisis, baik pertukaran antar individu, perusahaan maupun negara dan bangsa. Dalam level mikro, dipusatkan perhatian pada perilaku sosial sebagai pertukaran. Dalam level makro, struktur sosiallah yang diamati sebagai pertukaran.
Cook, O’Brien dan Kollock mengidentifikasi tiga kecenderungan yang mengarah pada teori pertukaran yang lebih integratif, yaitu:
1.      Semakin meningkatnya penggunaan bidang penelitian yang memperhatikan isu makro, yang melengkapi penggunaan eksperimen tradisional untuk mempelajari isu mikro.
2.      Mereka mencatat menjauhnya karya substantif dari fokus diadik dan mengarah pada jaringan pertukaran yang lebih besar.
3.      Adanya upaya terus menerus untuk menyintesiskan teori pertukaran dengan sosiologi struktural, khususnya teori jaringan. Ketiga tokoh ini juga mendiskusikan manfaat yang dapat diperoleh dari integrasi pandangan dari berbagai teori mikro lain. Interaksionisme simbolis misalnya, menawarkan pengetahuan tentang bagaimana aktor mengomunikasikan keinginan mereka satu sama lain, dan hal ini penting dalam tumbuhnya kepercayaan serta komitmen dalam hubungan pertukaran. Dengan demikian teori pertukaran dapat disebutkan sebagai salah satu orientasi teoritis dalam ilmu sosial yang secara terang-terangan mengonseptualisasikan aktor yang berkehendak dalam kaitannya dengan struktur.
Pada tahun-tahun terakhir ini, teori pertukaran mulai bergerak beberapa arah yang lebih baru, yakni:
1.      Makin meningkatnya perhatian pada resiko dan ketidakpastian dalam hubungan pertukaran. Misalnya, seorang aktor dapat memberi sesuatu yang bernilai pada orang lain tanpa menerima kembali apapun yang bernilai.
2.      Minat pada resiko membawa pada perhatian terhadap kepercayaan dalam hubungan pertukaran.
3.      Terdapat isu yang terkait dengan aktor yang mengurangi resiko dan meningkatkan kepercayaan dengan mengembangkan seperangkat komitmen timbal balik satu sama lain (berhubungan dengan yang ke 4)
4.       Meningkatnya perhatian pada kepedulian dan emosi dalam teori yang didominasi oleh faktor pada aktor yang memiliki kepentingan diri.
5.      Saat banyak teori pertukaran memusatkan perhatian pada struktur, terjadi pula peningkatan minat dalam menguraikan tabiat dan peran aktor.
6.      Arah baru yang paling banyak menyedot perhatian pada tahun-tahun terakhir ini adalah integrasi teori pertukaran dan teori jaringan.

DAFTAR PUSTAKA
Lexy J. Moleong. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja. Rosdakarya.
Robinson, Philip. 1986. Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali
Ritzer, George and Goodman Douglas J, Teori Sosiologi Modern, Edisi Terbaru, Jakarta : Prenada Media, 2004.
Jurnal Al-Tarbiyah Vol xx No. 2 Desember 2007