Sejarah masuknya spanyol ke indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Hindia Timur atau Indonesia telah lama dikenal sebagai daerah
penghasil rempah-rempah seperti vanili, lada, dan cengkeh. Rempah-rempah ini
digunakan untuk mengawet makanan, bumbu masakan, bahkan obat. Karena kegunaannya,
rempah-rempah ini sangat laku di pasaran dan harganya pun mahal. Hal ini
mendorong para pedagang Asia Barat datang dan memonopoli perdagangan
rempah-rempah. Mereka membeli bahan-bahan ini dari para petani di Indonesia dan
menjualnya kepada para pedagang Eropa.
Namun, jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453 ke Turki Utsmani
mengakibatkan pasokan rempah-rempah ke wilayah Eropa terputus. Hal ini
dikarenakan boikot yang dilakukan oleh Turki Utsmani. Situasi ini mendorong
orang-orang Eropa menjelajahi jalur pelayaran ke wilayah yang banyak memiliki
bahan rempah-rempah, termasuk kepulauan Nusantara (Indonesia). Dalam
perkembangannya, mereka tidak saja berdagang, tetapi juga menguasai sumber
rempah-rempah di negara penghasil. Dimulailah era kolonialisasi Barat di Asia .
pada bab ini akan diuraikan tentang kedatangan bangsa Eropa hingga terbentuknya
kekuasaan kolonial Barat di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa
sejarah kedatangan bangsa spanyol di indonesia (sumatera) ?
2.
Siapa
saja tokoh-tokoh bangsa spanyol ?
3.
Apa
pengaruhnya kedatangan bangsa spanyol ke indonesia (sumatera) ?
1.3 Tujuan
Sejarah Masuknya Bangsa Spanyol ke
Indonesia (sumatera)
Kedatangan bangsa Portugis sampai di
Indonesia (Maluku) segera diikuti oleh bangsa Spanyol. Ekspedisi bangsa Spanyol
di bawah pimpinan Magelhaen, pada tanggal 7 April 1521 telah sampai di Pulau
Cebu. Rombongan Magelhaen diterima baik oleh Raja Cebu sebab pada waktu itu
Cebu sedang bermusuhan dengan Mactan. Persekutuan dengan Cebu ini harus dibayar
mahal Spanyol sebab dalam peperangan ini Magelhaen terbunuh.
Dengan meninggalnya Magelhaen, ekspedisi
bangsa Spanyol di bawah pimpinan Sebastian del Cano melanjutkan usahanya untuk
menemukan daerah asal rempah-rempah. Dengan melewati Kepulauan Cagayan dan
Mindanao akhirnya sampai di Maluku (1521). Kedatangan bangsa Spanyol ini
diterima baik oleh Sultan Tidore yang saat itu sedang bermusuhan dengan
Portugis.
Sebaliknya, kedatangan Spanyol di Maluku
bagi Portugis merupakan pelanggaran atas "hak monopoli". Oleh karena
itu, timbullah persaingan antara Portugis dan Spanyol. Sebelum terjadi
perang besar, akhirnya diadakan Perjanjian Saragosa (22 April 1529) yang isinya
sebagai berikut.
1. Spanyol harus meninggalkan Maluku, dan
memusatkan kegiatannya di Filipina.
2. Portugis tetap melakukan aktivitas
perdagangan di Maluku.
Tokoh-tokoh Bangsa Spanyol :
Ferdinand Magelhaens

Ferdinand Magelhaens
Mencari sumber rempah-rempah dengan berlayar ke arah Barat. Setelah 2 tahun menyusuri, Amerika Selatan mereka diterima dengan baik di Philipina pada tahun 1521,lalu mereka mendarat di Maluku. Dalam pelayaran ini sebuah kapal Spanyol berhasil kembali ke Spanyol. Orang Spanyol yakin bahwa mereka berhasil mengelilingi bumi dan memperkuat keyakinan bahwa bumi bulat.
Christophorus Columbus
Ia berlayar mengarungi Samudera Atlantik dan menemukan benua baru yang disebut Amerika. Karena mengira sudah sampai India,penduduk asli benua Amerika disebut Indian.

Pelopor
bangsa Spanyol yang mencari jalan langsung ke Indonesia adalah Christopher Columbus, ia berjalan kearah barat. Setelah dua bulan, ia sampai
di sebuah pulau yang kemudian dinamakan San Salvador. Columbus gagal mencapai
India.
Setelah
Columbus gagal menemukan India, ekspedisi Spanyol selanjutnya ke daerah rempah
– rempah dipelopori oleh Ferinand Magellan. Berbeda dengan armada Portugis, pada tahun 1519
Magellan berangkat melalui Samudera Atlantik. Setelah melewati ujung Amerika
Selatan, ia masuk ke Samudera Pasifik. Ia tiba di Filipina pada tahun 1521.
sewaktu mencoba mengatasi perang antarsuku di Cebu, Magellan terbunuh. Ia
digantikan oleh Del Cano. Dalam perjalanan kembali ke Spanyol, mereka singgah
di Tidore. Sejak saat itu, terjalin kerja sama antara Spanyol dan
Tidore. Kerja sama itu tidak hanya dalam hal perdagangan, tetapi juga diperkuat
dengan dibangunnya benteng Spanyol di Tidore. Kondisi tersebut tentu saja
menyebabkan antara Portugis dan Spanyol saat itu, Portugis membuka kantor
dagangnya diTernate. Portugis merasa terancam dengan hadirnya Spanyol di
Tidore. Hal ini diperkuat lagi dengan kenyataan bahwa Tidore dan Ternate telah
lama bermusuhan. Dengan alasan tersebut, Portugis yang didukung pasukan Tidore.
Benteng Spanyol di Tidore dapat direbut Portugis. Namun, berkat perantara Paus
di Roma, Portugis dan Spanyol akhirnya mengadakan perjanjian yang disebut
Perjanjian Zaragosa. Berdasarkan perjanjian itu, Maluku dikuasai Portugis
sedangkan Filipina dikuasai Sepanyol.
Pada Tahun 1521 Spanyol Mulai Masuk perairan Indonesia. Awak kapal
Trinidad yang ditangkap oleh Portugal dan dipenjarakan kemudian dengan bantuan
pelaut Minahasa dan Babontewu dari kerajaan Manado mereka dapat meloloskan
diri. Ke 12 pelaut ini kemudian berdiam dipedalaman Minahasa, ke Amurang terus
ke Pontak, kemudian setelah beberapa tahun mereka dapat melakukan kontak
kembali dengan armada Spanyol yang telah kembali ke Pilipina. 1522 Spanyol
memulai kolonisasi di Sulawesi Utara 1560 Spanyol mendirikan pos di Manado. Minahasa
memegang peranan sebagai lumbung beras bagi Spanyol ketika melakukan usaha
penguasaan total terhadap Filipina.
Pada tahun 1550 Spanyol telah mendirikan benteng di Wenang dengan
cara menipu Kepala Walak Lolong Lasut menggunakan kulit sapi dari Benggala
India yang dibawa Portugis ke Minahasa. Tanah seluas kulit sapi yang dimaksud
spanyol adalah tanah seluas tali yang dibuat dari kulit sapi itu. Spanyol
kemudian menggunakan orang Mongodouw untuk menduduki benteng Portugis di
Amurang pada tahun 1550-an sehingga akhirnya Spanyol dapat menduduki Minahasa.
Dan Dotu Kepala Walak (Kepala Negara) Lolong Lasut punya anak buah Tonaas Wuri'
Muda. Nama Kema dikaitkan dengan pembangunan pangkalan militer Spanyol ketika
Bartholomeo de Soisa mendarat pada 1651 dan mendirikan pelabuhan di
daerah yang disebutnya ‘La Quimas.’ Penduduk setempat mengenal daerah ini
dengan nama ‘Maadon’ atau juga ‘Kawuudan.’ Letak benteng Spanyol berada di
muara sungai Kema, yang disebut oleh Belanda, "Spanyaardsgat, " atau
Liang Spanyol.
Dr. J.G.F. Riedel menyebutkan bahwa armada Spanyol sudah mendarat
di Kema tepat 100 tahun sebelumnya.Kema berkembang sebagai ibu negeri Pakasaan
Tonsea sejak era pemerintahan Xaverius Dotulong, setelah taranak-taranak Tonsea
mulai meninggalkan negeri tua, yakni Tonsea Ure dan mendirikan perkampungan-
perkampungan baru. Surat Xaverius Dotulong pada 3 Februrari 1770 kepada
Gubernur VOC di Ternate mengungkapkan bahwa ayahnya, I. Runtukahu Lumanauw
tinggal di Kema dan merintis pembangunan kota ini. Hal ini diperkuat oleh para
Ukung di Manado yang mengklaim sebagai turunan dotu Bogi, putera sulung dari
beberapa dotu bersaudara seperti juga dikemukakan Gubernur Ternate dalam surat
balasannya kepada Xaverius Dotulong pada 1 November 1772.
Asal nama Kema
Misionaris Belanda, Domine Jacobus Montanus dalam surat laporan
perjalanannya pada 17 November 1675, menyebutkan bahwa nama Kema, yang mengacu
pada istilah Spanyol, adalah nama pegunungan yang membentang dari Utara ke
Selatan. Ia menulis bahwa kata ‘Kima’ berasal dari bahasa Minahasa yang artinya
Keong. Sedangkan pengertian ‘Kema’ yang berasal dari kata Spanyol, ‘Quema’
yaitu, nyala, atau juga menyalakan. Pengertian itu dikaitkan dengan perbuatan
pelaut Spanyol sering membuat onar membakar daerah itu. Gubernur Robertus
Padtbrugge dalam memori serah terima pada 31 Agustus 1682 menyebutkan tempat
ini dengan sebutan "Kemas of grote Oesterbergen, " artinya adalah
gunung-gunung besar menyerupai Kerang besar. Sedangkan dalam kata Tonsea
disebut ‘Tonseka,’ karena berada di wilayah Pakasaan Tonsea.
Hendrik Berton dalam memori 3 Agustus 1767, melukiskan Kema selain
sebagai pelabuhan untuk musim angin Barat, juga menjadi ibu negeri Tonsea. Hal
ini terjadi akibat pertentangan antara Manado dengan Kema oleh sengketa sarang
burung di pulau Lembeh. Pihak ukung-ukung di Manado menuntut hak sama dalam
bagi hasil dengan ukung-ukung Kema. Waktu itu Ukung Tua Kema adalah Xaverius
Dotulong.
Portugis dan Spanyol merupakan tumpuan kekuatan gereja Katholik
Roma memperluas wilayah yang dilakukan kesultanan Ottoman di Mediterania pada
abad ke-XV. Selain itu Portugis dan Spanyol juga tempat pengungsian pengusaha
dan tenaga-tenaga terampil asal Konstantinopel ketika dikuasai kesultanan
Ottoman dari Turki pada 1453. Pemukiman tersebut menyertakan alih pengetahuan
ekonomi dan maritim di Eropa Selatan. Sejak itupun Portugis dan Spanyol menjadi
adikuasa di Eropa. Alih pengetahuan diperoleh dari pendatang asal
Konstantinopel yang memungkinkan bagi kedua negeri Hispanik itu melakukan
perluasan wilayah-wilayah baru diluar daratan Eropa dan Mediterania. Sasaran
utama adalah Asia-Timur dan Asia-Tenggara. Mulanya perluasan wilayah antara
kedua negeri terbagi dalam perjanjian Tordisalles, tahun 1492. Portugis kearah
Timur sedangkan Spanyol ke Barat. Masa itu belum ada gambaran bahwa bumi itu
bulat. Baru disadari ketika kapal-kapal layar kedua belah pihak bertemu di
perairan Laut Sulawesi. Kenyataan ini juga menjadi penyebab terjadi proses
reformasi gereja, karena tidak semua yang menjadi "fatwa" gereja
adalah Undang-Undang, hingga citra kekuasaan Paus sebagai penguasa dan wakil
Tuhan di bumi dan sistem pemerintahan absolut theokratis ambruk. Keruntuhan ini
terjadi dengan munculnya gereja Protestan rintisan Martin Luther dan Calvin di
Eropa yang kemudian menyebar pula ke berbagai koloni Eropa di Asia, Afrika dan
Amerika.
Dari kesepakatan Tordisalles itu, Portugis menelusuri dari pesisir
pantai Afrika dan samudera Hindia. Sedangkan Spanyol menelusuri Samudera
Atlantik, benua Amerika Selatan dan melayari samudera Pasifik. Pertemuan
terjadi ketika kapal-kapal Spanyol pimpinan Ferdinand Maggelan menelusuri
Pasifik dan tiba di pulau Kawio, gugusan kepulauan Sangir dan Talaud di Laut
Sulawesi pada 1521. Untuk mencegah persaingan di perairan Laut Sulawesi dan
Maluku Utara, kedua belah pihak memperbarui jalur lintas melalui perjanjian
Saragosa pada tahun 1529. Perjanjian tersebut membagi wilayah dengan melakukan
batas garis tujuhbelas derajat lintang timur di perairan Maluku Utara. Namun
dalam perjanjian tersebut,
Spanyol merasa dirugikan karena tidak meraih lintas niaga dengan
gugusan kepulauan penghasil rempah-rempah. Untuk itu mengirimkan ekspedisi
menuju Pasifik Barat pada 1542. Pada bulan Februari tahun itu lima kapal
Spanyol dengan 370 awak kapal pimpinan Ruy Lopez de Villalobos menuju gugusan
Pasifik Barat dari Mexico . Tujuannya untuk melakukan perluasan wilayah dan
sekaligus memperoleh konsesi perdagangan rempah-rempah di Maluku Utara.
Dari pelayaran ini Villalobos mendarat digugusan kepulauan Utara
disebut Filipina, di ambil dari nama putera Raja Carlos V, yakni Pangeran
Philip, ahli waris kerajaan Spanyol. Sekalipun Filipina tidak menghasilkan
rempah-rempah, tetapi kedatangan Spanyol digugusan kepulauan tersebut
menimbulkan protes keras dari Portugis. Alasannya karena gugusan kepulauan itu
berada di bagian Barat, di lingkungan wilayahnya. Walau mengkonsentrasikan
perhatiannya di Amerika-Tengah, Spanyol tetap menghendaki konsesi niaga
rempah-rempah Maluku-Utara yang juga ingin didominasi Portugis. Tetapi Spanyol
terdesak oleh Portugis hingga harus mundur ke Filipina. Akibatnya Spanyol
kehilangan pengaruh di Sulawesi Utara yang sebelumnya menjadi kantong ekonomi
dan menjalin hubungan dengan masyarakat Minahasa.
Peperangan di Filipina Selatan turut memengaruhi perekonomian
Spanyol. Penyebab utama kekalahan Spanyol juga akibat aksi pemberontakan
pendayung yang melayani kapal-kapal Spanyol. Sistem perkapalan Spanyol bertumpu
pada pendayung yang umumnya terdiri dari budak-budak Spanyol. Biasanya kapal
Spanyol dilayani sekitar 500 - 600 pendayung yang umumnya diambil dari penduduk
wilayah yang dikuasai Spanyol. Umumnya pemberontakan para pendayung terjadi
bila ransum makanan menipis dan terlalu dibatasi dalam pelayaran panjang, untuk
mengatasinya Spanyol menyebarkan penanaman palawija termasuk aneka ragam cabai
(rica), jahe (goraka), kunyit dll. Kesemuanya di tanam pada setiap wilayah yang
dikuasai untuk persediaan logistik makanan awak kapal dan ratusan pendayung. Sejak
itu budaya makan "pidis" yang di ramu dengan berbagai bumbu masak
yang diperkenalkan pelaut Spanyol menyebar pesat dan menjadi kegemaran
masyarakat Minahasa.
Ada pula yang menarik dari peninggalan kuliner Spanyol, yakni
budaya Panada. Kue ini juga asal dari penduduk Amerika-Latin yang di bawa oleh
Spanyol melalui lintasan Pasifik. Bedanya, adonan panada, di isi dengan daging
sapi ataupun domba, sedangkan panada khas Minahasa di isi dengan ikan.
Kota Kema merupakan pemukiman orang Spanyol, dimulai dari kalangan
"pendayung" yang menetap dan tidak ingin kembali ke negeri leluhur
mereka. Mereka menikahi perempuan-perempuan penduduk setempat dan hidup
turun-temurun. Kema kemudian juga dikenal para musafir Jerman, Belanda dan
Inggris. Mereka ini pun berbaur dan berasimilasi dengan penduduk setempat,
sehingga di Kema terbentuk masyarakat pluralistik dan memperkaya Minahasa
dengan budaya majemuk dan hidup berdampingan harmonis. Itulah sebabnya hingga
masyarakat Minahasa tidak canggung dan mudah bergaul menghadapi orang-orang
Barat.
Pergerakan Mengusir Penjajahan lawan Spanyol
Minahasa juga pernah berperang dengan Spanyol yang dimulai tahun
1617 dan berakhir tahun 1645. Perang ini dipicu oleh ketidakadilan Spanyol
terhadap orang-orang Minahasa, terutama dalam hal perdagangan beras, sebagai
komoditi utama waktu itu. Perang terbuka terjadi nanti pada tahun 1644-1646. Akhir
dari perang itu adalah kekalahan total Spanyol, sehingga berhasil diusir oleh
para waranei (ksatria-ksatria Minahasa).
Dampak Spanyol Bagi Ekonomi Indonesia Utara
Diplomasi para pemimpin pemerintahan Walak mendekati Belanda
berhasil mengusir Spanyol dari Minahasa. Namun konsekwensi yang harus dialami
adalah rintisan jalur niaga laut di Pasifik hasil rintisan Spanyol sejak abad
ke-17 terhenti dan memengaruhi perekonomian Sulawesi Utara. Sebab jalur niaga
ini sangat bermanfaat bagi penyebaran komoditi eskpor ke Pasifik. Sejak itupun
pelabuhan Manado menjadi sepi dan tidak berkembang yang turut memengaruhi
pengembangan kawasan Indonesia bagian Timur hingga Pasifik Barat Daya. Dilain
pihak, pelabuhan Manado hanya menjadi persinggahan jalur niaga dari Selatan
(berpusat di Surabaya, Tanjung Priok yang dibangun oleh Belanda sejak abad
ke-XVIII) ke Asia-Timur melalui lintasan Selat Makassar. Itupun hanya digunakan
musiman saat laut Cina Selatan tidak di landa gelombang ganas bagi kapal-kapal.
Sedangkan semua jalur niaga Asia-Timur dipusatkan melalui Laut Cina Selatan,
Selat Malaka, Samudera Hindia, Tanjung Harapan Atlantik-Utara yang merupakan
pusat perdagangan dunia.
Sebagai akibatnya kegiatan hubungan ekonomi diseputar Laut Sulawesi
secara langsung dengan dunia luar praktis terlantar. Karena penyaluran semua
komoditi diseluruh gugusan nusantara melulu diatur oleh Batavia yang
mengendalikan semua jaringan tata-niaga dibawah kebijakan satu pintu. Penekanan
ini membawa derita berkepanjangan bagi kegiatan usaha penduduk pedalaman
Minahasa.
Kolonialisasi Spanyol
1521 Spanyol memulai petualangannya di Sulawesi Utara
1560 Spanyol mendirikan pos
di Manado.
1617 Gerakan perlawanan rakyat Minahasa di Sulawesi Utara untuk
mengusir kolonial Spanyol.
1646 Spanyol di usir dari Minahasa dan Sulawesi Utara. Tahun
selanjutnya Spanyol masih mencoba memengaruhi kerajaan sekitar untuk merebut
kembali Minahasa tapi gagal, terakhir dengan mendukung Bolaang Mongondow yang
berakhir tahun 1692.
DAFTAR PUSTAKA
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda